Kristen Alkitabiah

Website Kristen: Artikel Kristen, Berita Kristen dan Belajar Alkitab

DevotionalKebangunan RohaniPesona Alkitab

Richard Lumsden, Seorang Profesor Atheis yang Menjadi Kristen

dr_richard_d_lumsden

Richard Lumsden, Ph.D. (1938-97), adalah seorang atheis Darwinian pada awalnya. Namun, akhirnya dia menjadi seorang Kristen yang percaya Alkitab pada puncak karirnya. Kepercayaannya ini timbul setelah penyelidikan secara ilmiah yang muncul dari pertanyaan mahasiswinya. Lumsden adalah seorang professor parasitologi dan biologi sel, yang juga seorang dekan S2 di Tulane University. Dia telah mendidik 30 orang menjadi Ph.D , menerbitkan ratusan paper ilmiah dan juga pemenang hadiah tertinggi dalam bidang parasitologi.

Dr. Richard D. Lumsden telah dipengaruhi sepenuhnya oleh filosofi Darwinian, dan tidak memiliki alasan ataupun keinginan untuk mempertimbangkan kekristenan. Baginya ilmu pengetahuan adalah agamanya: fakta, dan hanya fakta. Tetapi pada puncak karir profesionalnya, dia memiliki cukup integritas untuk mengecek fakta-faktanya, dan membuat keputusan sulit untuk berangkat ke mana pun fakta-fakta memimpin, untuk melawan segala sesuatu yang pernah dia pelajari, dan melawan apa yang dia sendiri pernah ajarkan. Hidupnya berubah secara dramatis, dari seorang Darwinian menjadi seorang Kreasionis, dari seorang atheis menjadi seorang Kristen.

Berikut ini adalah kutipan dari biografi Dr. Richard D. Lumsden.

Selama karirnya dia percaya bahwa evolusi Darwinian adalah suatu prinsip ilmiah yang telah dibuktikan, dan dia sangat senang mengolok-olok kepercayaan Kristen. Suatu hari, dia mendengar bahwa [negara bagian] Louisiana telah mengeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan [sekolah] memberikan waktu yang sama untuk [mengajar] penciptaan dan evolusi, dan dia sangat syok – betapa bodoh, dia berpikir, dan betapa jahat! Dia memakai kesempatan ini untuk melancarkan serangan habis-habisan terhadap penciptaan dalam kelasnya, dan untuk menyampaikan kata-kata paling hebatnya untuk mendukung Darwinisme. Dia tidak sadar sama sekali bahwa pada hari itu, dalam kelasnya ada seorang lawan yang tangguh. Tidak, bukan seorang pembicara berlidah emas yang dapat berperang pikiran dengan dia; itu terlalu mudah. Kali ini lawan itu adalah seorang mahasiswi perempuan muda yang lembut dan sopan.

Mahasiswi ini mendatangi dia setelah kelas dan dengan gembira berseru, ‘Kuliah yang hebat, Doc! Hmm, saya berpikir, bolehkah saya buat perjanjian temu dengan anda; saya memiliki beberapa pertanyaan tentang apa yang anda katakan, dan hanya mau meluruskan fakta-fakta dalam pikiran saya’. Dr. Lumsden, merasa tersanjung dengan pendekatan positif mahasiswi ini, menyetujui suatu waktu mereka dapat bertemu di kantornya.

Pada hari yang ditentukan, mahasiswi ini berterima kasih padanya untuk waktunya, dan memulai. Dia tidak berargumentasi dengan apapun yang dia katakan tentang evolusi dalam kelas, tetapi hanya mulai menanyakan serangkaian pertanyaan: ‘Bagaimana kehidupan bisa mulai? Bukankah DNA terlalu kompleks untuk bisa terbentuk dari kebetulan? Mengapa ada lobang dalam catatan fosil antara berbagai jenis makhluk hidup? Apa mata rantai yang hilang antara kera dan manusia?’.

Dia (mahasiswi) tidak bertindak menghakimi atau provokatif; dia hanya ingin tahu. Lumsden, tanpa malu-malu, memberikan jawaban-jawaban standar evolusi untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Tetapi ada sesuatu dalam percakapan ini yang membuat dia sangat tidak nyaman. Dia telah siap untuk bertempur, tetapi tidak siap menghadapi rangkaian pertanyaan yang lembut dan jujur. Sambil dia mendengarkan dirinya sendiri mengeluarkan respons biasa evolusi, dia berpikir dalam hati, Ini tidak masuk akal sama sekali. Apa yang saya ketahui tentang biologi bertentangan dengan apa yang saya katakan. Ketika tiba waktunya untuk selesai, mahasiswi itu membereskan buku-bukunya dan tersenyum, ‘Terima kasih, Doc!’ dan pergi.

Dari luar, Dr. Lumsden terlihat percaya diri; tetapi di dalam, dia sungguh hancur. Dia tahu bahwa semua yang dia baru saja katakan kepada mahasiswi ini adalah salah.

“Dr. Lumsden memiliki integritas untuk menghadapi keraguan yang baru muncul ini dengan jujur. Dia menjalani suatu proyek riset pribadi untuk mengecek argumen-argumen untuk evolusi, dan dengan beriringnya waktu, dia mendapatkan argumen-argumen tersebut sangat tidak mencukupi. Berdasarkan fakta-fakta ilmiah saja, dia memutuskan harus menolak Darwinisme, dan dia menjadi seorang Kreasionis. Tetapi sebagaimana pagi pasti mengikuti malam, dia harus menghadapi pertanyaan berikutnya, Siapakah sang Pencipta?

Tidak lama kemudian, apakah kebetulan atau bukan, putrinya mengajak dia ke gereja. Sangatlah tidak biasanya bagi pribadi evolusionis yang dulunya dingin dan yakin diri ini untuk pergi ke gereja! Belum lama yang lalu, dia tidak mau ada hubungan apapun dengan agama. Tetapi sekarang, dia terbuka untuk mempertimbangkan identitas sang Pencipta, dan apakah klaim-klaim Alkitab itu benar. Filosofi atheistiknya telah membuat dia tanpa daya untuk berhadapan dengan rasa bersalah dan kebiasaan buruk dalam hidup pribadinya. Kali ini dia terbuka, dan kali ini dia mendengarkan Kabar Baik bahwa Allah telah mengutus AnakNya untuk membayar hukuman dosa-dosa kita, dan untuk menawarkan kepada manusia pengampunan dan hidup yang kekal.

Suatu pergumulan besar berlangsung dalam hati Dr. Lumsden sambil dia mendengarkan khotbah. Ketika kebaktian selesai, gembala sidang memberikan undangan untuk maju ke depan dan memutuskan sekali untuk selamanya, secara publik, untuk menerima Kristus. Dr. Lumsden menggambarkan pergumulan yang dia hadapi: ‘Sambil daging saya protes setiap langkahnya yang saya ambil, saya menemukan diri berjalan maju, maju ke depan. Dan di sana, saya menemukan Allah! Sungguh, pada saat itu, saya mengenal Dia, dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.’

Ada tempat pada salib bahkan untuk seorang profesor yang sok tahu semuanya, jika saja rela untuk merendahkan hati dan menunduk di hadapan sang Pencipta yang disaksikan oleh semua bukti-bukti ilmiah.

Dr. Lumsden bersukacita atas imannya yang baru, tetapi menemukan bahwa ada harga yang harus dibayar. Dia dikeluarkan dari fakultas ilmiah tempat dia dulu, setelah pertobatannya kepada Kristus dan kreasionisme. Institute for Creation Research mengundang dia untuk mengepalai departemen biologi mereka, yang dia lakukan dari tahun 1990 sampai 1996.

Dr. Henry Morris berkata tentang dia, ‘Dia memiliki kesaksian yang kuat tentang pertobatannya beberapa tahun lalu dan peran yang dimainkan salah satu muridnya dalam menkonfrontir evolusionismenya dengan pertanyaan-pertanyaan yang persisten dan menusuk. Dia menjadi yakin penuh tentang bobroknya kepercayaannya dulu, dan menyadari bahwa satu-satunya alternatif yang masuk akal adalah bahwa harus ada seorang Pencipta’.

Dick Lumsden juga ditunjuk sebagai dosen fakultas ilmiah di The Master’s College, dan dia memakai pengetahuannya yang mendalam tentang mikroskop elektron untuk membantu kampus itu mendirikan satu instrumen yang operasional untuk mendidik para murid di situ. Ada sukacita dalam hidup dan cara-caranya yang membuat kuliah-kuliahnya berkilau, dan dia sangat suka untuk mendemonstrasikan desain dalam sel hidup yang tidak dapat muncul dari proses-proses Darwinian. Ketika berdiskusi dengan para evolusionis, dia tahu persis ‘di mana harus menekan mereka’ (dia akan tersenyum), karena dia pernah pada posisi yang sama. Murid-muridnya mengapresiasi pendidikan yang dia berikan kepada kelas dan lab-nya, melalui pengetahuannya yang mendalam dan luas.

Sebelum dia meninggal, kesaksian Lumsden direkam dalam video, dan saat ini tersedia di lokasi berikut: https://vimeo.com/11466124

 

Diterjemahkan oleh : dr. Steven E. Liauw, S. Ked., M.D., M.Div., D.R.E., Th. D.

 

Editorial :
Kreasionis = seseorang yang mempercayai bahwa alam semesta adalah hasil penciptaan.

Baca juga kisah pertobatan lainnya :

 

Referensi :

Coppedge, D. F. (2000) . The World’s Greatest Creation Scientists.

Cloud, D. (November 19, 2009). From Evolution to Creation: The Testimony of Dr. Richard Lumsden. https://www.wayoflife.org/database/from_evolution_to_creation_lumsden.html (diakses 20 Mei 2017)

Leave a Reply