Iman bukanlah pengabaian akal budi. Orang-orang yang berpikir bahwa iman perlu dipisahkan dari kemampuan intelektual memiliki berbagai kemungkinan mengabaikan akal sehat. Anggapan bahwa logika dan akal sehat bertentangan dengan iman sebenarnya menukar hal yang tidak masuk akal dengan iman yang sejati. irasionalitas dan hikmat saling berlawanan. Sebaliknya, iman dan rasio tidak saling bertentangan, ibarat koin dengan kedua sisinya.
Ketika Paulus berdoa agar kasih orang-orang Filipi ” makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, “(Filipi 1: 9), ia menegaskan rasionalitas iman yang benar. Dia juga bermaksud untuk menunjukkan bahwa pengetahuan dan hikmat selalu berjalan seiring dengan pertumbuhan rohani yang sejati. oleh karena itu, Iman yang alkitabiah sangat masuk di akal. Dan kebenaran rohani dimaksud untuk menjadi perenungan akal sehat, menguji secara logika, belajar, menganalisa, dan menggunakannya sebagai satu-satunya dasar yang dapat diandalkan untuk membuat pertimbangan bijaksana. Proses itulah yang disebut Alkitab: hikmat.
Gereja saat ini sayangnya mundur dalam mencari hikmat, dan tidak peduli terhadap masalah ini. Kita perlu ingat bahwa kebenaran Allah adalah barang berharga yang harus ditangani dengan hati-hati tidak terkikis oleh keyakinan aneh atau terikat dalam tradisi manusia. Ketika gereja kehilangan kemauan untuk membedakan antara ajaran sehat dan kesesatan, antara baik dan jahat, antara kebenaran dan kebohongan, gereja akan hancur.
Rasul Yohanes menarik perbedaan yang sangat tajam antara Kekristenan dengan semangat Antikristus dan dia dengan sungguh-sungguh memegang kata-kata: “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat. “(2 Yohanes 9-11). Jadi ia memerintahkan mereka yang di bawah pengawasannya secara rohani untuk waspada dan cerdas – dan tidak ada yang dapat dilakukan tanpa Kristus dalam menolak kesesatan atau penyusup itu.
Berbeda jauh dengan orang-orang Kristen saat ini yang menenangkan diri dengan pendapat bahwa sedikit hal yang benar-benar hitam dan putih. Masalah doktrin, pertanyaan moral, dan prinsip-prinsip Kristen semua ditempatkan dalam area abu-abu. Tidak ada yang diharuskan untuk menarik garis tegas atau menyuarakan hal-hal yang mutlak. Setiap orang didorong untuk melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri dan bukan apa yang Allah larang (lihat Ulangan 12: 8, Hakim-hakim 17: 6, 21:25).
Gereja tidak akan pernah nyata kekuatannya dalam masyarakat sampai kita mendapatkan kembali kasih yang penuh gairah untuk kebenaran dan membenci kesesatan. Orang Kristen sejati tidak bisa membenarkan atau mengabaikan pengaruh Anti-Kristen di tengah-tengah mereka dan berharap untuk menikmati berkat Tuhan. ” ..saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya. Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!”(Roma 13:11-12)
Diterjemahkan oleh Sidi Pintaka
Recent Comments