Michael Horton menamai kekristenan abad 21 dengan sebutan “Kristen tanpa Kristus” (Michael Horton, Kristen tanpa Kristus). Saya sangat sependapat dengan pernyataan Horton, setelah melihat dan mengamati kualitas spritual yang dipertontonkan sebagian orang yang menyebut diri kristen. Kristen tanpa kebenaran, pengakuan iman tanpa makna dan implementasi, hidup tanpa tujuan, ibadah tanpa esensi dan hakikat telah mewarnai kekristenan dewasa ini. Alkitab sudah jauh-jauh hari memberitahukan atau menubuatkan keadaan ini (Matius 7:21-23; Matius 15:7-8; 2 Timotius 3:1-5). Dan, keadaan yang mengerikan ini dimulai ketika orang-orang Kristen memisahkan kekristenan dari kehidupan dan ajaran Kristus.
Sejatinya, Kristen itu adalah murid Kristus. Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi murid. “Kekristenan tanpa pemuridan adalah kekristenan tanpa Kristus”, kata Dietrich Bonhoeffer (Dr. Bil Hull, Choose The Life: Exploring a Faith that Embraces Discipleship). Statement di atas tidaklah berlebihan bila kita mengerti bahwa hanya dengan menjadi seorang muridlah seseorang dapat menjadi terang atau saksi Kristus di dunia dan memimpin orang lain kepada Kristus.
Kehidupan kekristenan kita tidak dimaksudkan hanya sekedar menerima Yesus sebagai Juruselamat, menghadiri kebaktian gereja secara teratur, membaca alkitab, berdoa, berbicara tentang Yesus, tetapi juga dimaksudkan untuk mewakili Allah dan mendemonstrasikan gaya hidup kerajaan Allah di dunia.
Orang Kristen sejati adalah murid Yesus Kristus. Saking pentingnya, kata murid disebut 269 kali dalam Alkitab PB, yang menunjuk pada individu-individu yang secara bersama-sama berkomitmen mengikuti Yesus Kristus (The Complete Book of Everyday Cristianity: Discipleship).
Dengan kata lain, “seseorang tidak akan pernah menjadi pengikut Yesus tanpa menjadi murid atau berkomitmen pada pemuridan.” Artinya, “menjadi seorang pengikut Yesus adalah hidup mengikuti Yesus (1 Yoh. 2:6). Itulah seorang Kristen sejati – yaitu seorang murid. Pendek kata, “murid tanpa berkomitmen pada pemuridan, bukanlah seorang murid Yesus Kristus.”
Apa Itu Pemuridan ?
Murid Kristus dibentuk melalui kelas Pemuridan. Pemuridan, menurut George Barna, adalah tentang menjadi dan menghasilkan pengikut-pengikut Kristus yang dewasa secara rohani. Menurutnya, “pemuridan bukanlah sekedar suatu program. Juga bukanlah sekedar pelayanan. Pemuridan merupakan komitmen seumur hidup terhadap sebuah gaya hidup, yaitu gaya hidup kerajaan sorga.
Pemuridan mengandung arti bahwa Anda sedang dipersiapkan untuk sebuah gaya hidup khusus lebih dari pada pekerjaan khusus. Pendek kata, “pemuridan adalah komunitas yang menyiapkan seseorang guna menjadi pengikut Yesus Kristus yang lengkap dan kompeten” (George Barna, Growing True Disciples).
Apakah Murid Kristus itu?
Semua orang-orang percaya yang berkomitmen mengikuti Yesus Kristus adalah murid-murid-Nya. Alkitab mendefinisikan murid Yesus sebagai seorang “pengikut” (Mat. 4:19; 9:9; 19:21; Lukas 5:11). Untuk mendapatkan kehidupan kekal atau keselamatan, Anda cukup bertobat dan percaya kepada Kristus. Tetapi untuk memiliki karakter Kristus, dan memiliki kehidupan rohani yang bertumbuh dan berbuah, maka Anda harus menjadi murid.
Lima Karakteristik Murid Kristus :
1. Seorang murid menaklukkan diri kepada pemimpin/Guru/Otoritas (Kisah Para Rasul 2:41-42; 1 Tesalonika 5:12-15; 1 Timotius 5:17).
Untuk menjadi murid, Kita harus mengikuti seseorang yang mengajar kita bagaimana mengikuti Yesus. Seorang murid adalah seorang yang berada dalam penaklukan diri kepada seorang pemimpin dalam hubungan yang sehat.
Gereja dipenuhi dengan orang-orang yang mengklaim diri sebagai pengikut-pengikut Yesus, tetapi mereka tidak berhubungan dekat dengan komunitasnya. Mereka berjalan sendirian. Mereka berpikir, “Saya hanya terikat dengan kegiatan atau latihan rohani, dimana saya punya waktu atau minat untuk mengikutinya. Dengan kata lain, saya masih memiliki kendali atas apa yang Yesus rencanakan bagi saya. Saya menjaga jarak dengan orang lain, yang mungkin bisa mengancam kendali atas otonomi saya.”
Karakter hanya bisa dibentuk dalam komunitas. Individualisme dan egoinme adalah musuh yang harus dibuang jika Anda ingin berhasil menjadi murud Yesus Kristus. Penaklukan diri adalah bukti kerendahan hati, dan itulah alasan mengapa karakter perlu dibangun di atas dasar komunitas. Hal itu menuntut Anda untuk menjaga supaya “ego” Anda tetap berada di luar pintu. Kebersamaan dengan murid-murid yang lain akan menjaga komitmen Anda kepada Tuhan.
2. Seorang murid mempelajari dan menerapkan kebenaran Kristus (Kisah Para Rasul 2:42).
Alkitab adalah buku pegangan hidup murid-murid Kristus. Alkitab adalah kebenaran Tuhan yang harus dipelajari dan terapkan secara berkesinambungan. Jemaat mula-mula berkomitmen secara kontinue mempelajari dan menghidupi kebenaran Allah (Kisah 17:11; 18:11; 17:2; 19-10). Itu sebabnya jemaat mula-mula begitu sangat diberkati Tuhan. Kabar tentang iman mereka tersiar ke mana-mana (Kisah 2:47; 1 Tes. 1:6-8).
Keduabelas murid Yesus merupakan para pembelajar yang dilatih, dididik, dan diajar siang dan malam selama + tiga tahun. Mereka juga diajar untuk fasih dalam menerapkan ajaran-ajaran Kristus. Itu sebabnya, tidak benar anggapan bahwa Tuhan bisa memakai siapa pun dalam pelayanan tanpa orang tersebut berkomitmen mempelajari kebenaran Alkitab. Semakin penting tugas pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada seseorang, semakin tinggi pula tuntutan belajar untuk orang tersebut.
3. Seorang murid mempelajari bagaimana Yesus melayani (Galatia 3:11; Petrus 4:10).
Murid-murid Yesus dipanggil untuk melayani. Melayani Tuhan merupakan kehormatan terbesar. Sebagaimana tujuan Yesus datang ke dunia untuk melayani manusia (Matius 20:28), sebagai seorang murid, kita pun dicipta untuk melayani Tuhan dan sesama kita.
Yesus Kristus merupakan teladan sempurna bagi kita untuk melayani Tuhan dan sesama kita. Ketika Yesus berada di dunia sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya tunduk pada kehendak Bapa, yang walaupun Ia sendiri adalah Allah (Filipi 2:6-8). Dan yang menakjubkan, Yesus merendahkan diri-Nya sampai pada tingkat yang paling rendah, yaitu menjadi hamba dan pelayan bagi manusia.
Yesus telah mengajarkan kepada kita bagaimana melayani orang lain dengan kerendahan hati, tanpa pamrih, dan rela berkorban. Seorang murid Yesus sudah seharusnya melayani Tuhan dengan penuh pengabdian.
4. Seorang murid meneladani hidup dan karakter Yesus (1 Yohanes 2:6).
Tujuan pemuridan adalah untuk dibentuk menjadi serupa dengan karakter Yesus Kristus. Dosa telah menyebabkan kerusakan besar dalam pikiran, perbuatan dan kehendak manusia. Setelah kita memberi diri diselamatkan, kita tidak otomatis berkarakter Kristus. Karakter Kristus dimiliki melalui proses pemuridan. Hal tersebut tidak mungkin diperoleh dengan sekedar menghadiri kebaktian minggu secara teratur dan memiliki jadwal doa tetap. Dalam pemuridan kita diajar bersama-sama, didisiplinkan, dibentuk, dan diutus. Bangunan Karakter dibuat dengan bahan-bahan seperti: komitmen, hubungan, doa, saat teduh, Firman Allah, ketaatan, ibadah, ujian, tanggung jawab, penginjilan dan ketekunan. Kuncinya adalah PEMURIDAN.
Seorang murid Kristus adalah “Kristus-Kristus kecil” di dunia. Dr. David Platt dengan baik mengatakan: “Ketika kita berada di dalam Kristus, Roh-Nya mengisi roh kita. Kasih-Nya menjadi kasih kita. Sukacita-Nya menjadi sukacita kita. Pikiran-Nya menjadi pikiran kita. Keinginan-Nya menjadi keinginan kita. Kehendak-Nya menjadi kehendak kita. Tujuan-Nya menjadi tujuan kita. Dengan demikian, kehidupan seorang murid Kristus menjadi tidak kurang dari menjalani hidup di dalam Kristus yang tinggal di dalam kita (David Platt, Follow Me).
Galatia 2:20 “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
5. Seorang murid mencari dan mengajar murid-murid lain bagi Yesus (Matius 28:19-20).
Tujuan akhir pemuridan bersifat pribadi dan bersama. Tujuan pribadi adalah menjadi pribadi berkarakter Kristus. Tujuan bersamanya adalah untuk memperkenalkan oran lain kepada Yesus Kristus, menolong mereka agar menerima –Nya sebagai Juruselamat dan memampukan mereka untuk menjalani hidup sebagai orang Kristen.
Amanat agung bukanlah tentang penginjilan semata, melainkan tentang pemuridan: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19). Seorang individu yang tidak mereproduksi dirinya dalam Kristus bukanlah seorang murid sejati karena ia tidak bisa menunjukkan buah dari hubungannya dengan Yesus Kristus melalui pemuridan.
Perkataan Yesus ketika Ia memanggil orang-orang berdosa untuk menjadi murid-Nya sangat jelas: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia“ (Matius 4:19; Markus 1:17). David Platt mengatakan: “menjadi murid Yesus berarti membuat murid bagi Yesus. Tidak ada yang menjadi penonton. Kita semua dilahirkan kembali untuk bereproduksi” (Follow Me).
Hasil-Hasil Pemuridan
Semua kebenaran di atas hanya bisa tercapai jika gereja-gereja Tuhan berkomitmen pada PEMURIDAN dan orang-orang percaya berkomitmen pada prosesnya. Tidak ada murid tanpa PEMURIDAN.
Dari penelitian yang dilakukan The Barna Research, inilah hasil-hasil dari pemuridan yang sejati:
1. Pemuridan menghasilkan transformasi pribadi, bukan sekedar asimilasi ke dalam komunitas anggota gereja.
2. Pemuridan menciptakan orang-orang kristen yang agresif mengejar pertumbuhan rohani.
3. Pemuridan menelurkan individu-individu yang membangun gaya hidup yang diperbaharui dan bukannya orang-orang percaya yang secara mekanis mencocokkan tugas-tugas yang telah selesai pada suatu agenda pengembangan.
4. Pemuridan sejati menghasilkan orang-orang yang lebih memerhatikan kualitas karakter mereka daripada luasnya pengetahuan mereka.
5. Pemuridan membangun gereja-gereja yang dikenal karena budaya kasihnya, komitmen, dan pelayanan daripada karena kegiatan, informasi dan programnya.
6. Pemuridan memfasilitasi orang-orang yang mengabdikan diri pada perjalanan seumur hidup untuk meneladani Yesus Kristus daripada penyelesaian aturan jangka pendek tugas-tugas dan tanggung jawab.
By Ps. Alki F. Tombuku
2 Comments
Berkaitan dgn penjelasan no. 5, apa hal yg membedakan tentang “budaya kasih, komitmen dan pelayanan” dgn “kegiatan, informasi, program”sehubungan dgn pemuridan membangun gereja2 yg dikenal dari 2 hal diatas.
salam pak Farid Teguh
yang membedakan tentang ““budaya kasih, komitmen dan pelayanan” dgn “kegiatan, informasi, program”sehubungan dgn pemuridan untuk membangun gereja sebenarnya bukan membedakan tetapi “saling melengkapi” kehidupan kristen adalah hidup yang berbudaya kasih, yang memiliki komitment-komitment teguh dan hidup sebagai pelayan pelayan Tuhan dimanapun kita berada. Dan semuanya itu bisa terwujud melalui kegiatan-kegiatan kita, program-program gereja dsb…
jadi, bukan membedakan tetapi kita melihatnya dari sisi saling melengkapi..
salam Kasih