Berikut ini dirangkum dari pembelajaran tentang Inkuisisi Roma Katolik dalam buku A History of the Churches from a Baptist Perspective, tersedia dari Way of Life Literature:
Inkuisisi secara formal dimulai pada abad ke-13 untuk mengendalikan orang-orang yang berada dalam jangkauan Gereja Roma Katolik. (Inkuisisi artinya interogasi, penyelidikan). Sampai akhirnya, inkuisisi akan merambah ke hampir semua sudut Eropa dan lebih jauh lagi, ke berbagai daerah yang ditaklukkan oleh Spanyol dan negara-negara Katolik lainnya yang melakukan kolonisasi.
Inkuisisi adalah alat Roma untuk menegakkan hukum-hukumnya. Adalah ilegal untuk tidak setuju dengan doktrin-doktrin dan praktek-praktek Roma, untuk memberitakan doktrin lain apapun selain doktrin Roma, dan untuk menerjemahkan atau membaca Alkitab dalam bahasa umum tanpa izin dari otoritas Katolik. Orang-orang yang melanggar ditangkap, dianiaya, dilucuti harta miliknya, dan dimatikan.
Pada masa pemerintahan Paus Innocent III (1198-1216) inilah Inkuisisi Roma Katolik menjadi suatu institusi yang terorganisir dan sistematis. “Penganiayaan agamawi mengambil bentuk-bentuk baru. Zamannya Innocent menjadi salah satu zaman teror terhadap semua kebebasan berpikir dan beribadah” (William Blackburn, History of the Christian Church from Its Origin, hal 307).
Paus Gregory IX (1227-1241) memperluas Inkuisisi. Dia adalah keponakan dari Innocent III. Pada masa pemerintahan Innocent, Inkuisisi telah mulai terbentuk sebagai suatu mekanisme yang brutal dan menyeluruh. Yang tersisa bagi Gregory adalah untuk mengembangkannya ke semua negara-negara Katolik dan untuk “menyetel halus” tingkat kebarbarannya.
Pada tahun 1233, Paus Gregory mengeluarkan dua keputusan Paus (Editor: disebut papal bull), yang menunjuk ordo Dominikan dan ordo Fransiskan sebagai inkuisitor dan memberikan mereka otoritas untuk mencari dan menghancurkan kaum Kristen separatis di mana pun mereka dapat ditemukan. Kaum Dominikan dan Fransiskan membentuk suatu jaringan mata-mata dan mengepalai pekerjaan Inkuisisi.
Para Paus mengeluarkan banyak keputusan paus, yang menjanjikan imbalan-imbalan besar bagi barangsiapa yang bergabung dengan inkuisisi mereka melawan para penyesat. Ada satu keputusan yang dikeluarkan oleh Paus Gregory IX pada tahun 1238 yang menjanjikan bahwa jika seseorang membantu pejabat Inkuisisi melawan “penyesat,” sang Paus akan “melonggarkan tiga tahun penance atas mereka,” dan “jika seseorang mati selama proses penuntutan kasus tersebut, kami memberikan kepada mereka pengampunan penuh atas semua dosa mereka” (Illustrations of Popery: The Mystery of Iniquity Unveiled, 1838, hal. 388).
Para inkuisitor memiliki otortias untuk menangkap, mengadili, dan menjatuhkan hukuman hingga mati bagi semua yang tidak setuju dengan pengajaran Roma. Mereka memiliki otortias untuk melawan para uskup bahkan, jika dikira bahwa mereka itu tidak cukup mendukung Inkuisisi.
Berikut ini adalah beberapa ciri dari Inkuisisi mulai dari waktu-waktu tersebut:
- Semua pejabat umum diharuskan untuk memberikan bantuan ketika diperlukan oleh Inkuisisi. Raja-raja dan otoritas sekuler diperintahkan untuk mencabut dan menghancurkan kaum Waldensis dan semua kaum Kristen separatis.
- Tidak boleh ada orang yang mengganggu kerja para Inkuisitor.
- Semua warga negara mulai dari umur 14, adalah mata-mata bagi Inkuisisi dan diharuskan untuk menyingkapkan semua orang yang bersalah.
- Para Inkuisitor dapat mengumpulkan warga dengan pembunyian bel pada waktu apapun, dan memaksa mereka untuk menyingkapkan para “penyesat.”
- Semua otoritas sekuler, sherif, polisi, walikota, gubernur, pemilik kapan, pengendara kereta kuda, pemilik penginapan, semua rakyat biasa, diharuskan untuk siap siaga setiap waktu terhadap “penyesat.”
- Para Inkuisitor membuat catatan yang teliti dan berbagi informasi satu sama lain melalui pertukaran dokumen yang kerap dilakukan. Gambaran dari penyesat-penyesat yang sudah diketahui yang berhasil lolos atau menghilang, dikirimkan ke seluruh Eropa.
- Siapapun yang berperjalanan atau adalah seorang asing, akan dicurigai. “Seorang tak dikenal yang mencurigakan akan diobservasi dan ditangkap; tempat lahirnya akan dipastikan, dan secepat para utusan dapat menempuh jarak yang memisahkan, secepat itu pula dokumen resmi sepenuhnya tentang asal usul dia akan diterima dari Kantor Suci mengenai latar belakangnya. … Jaring Inkuisisi menyebar ke seluruh tempat, dan tidak ada mangsa yang terlalu kecil untuk bisa lolos dari jaring-jaring itu (Henry Lea, History of the Inquisition of the Middle Ages, unabridged, I, hal. 396).
- Para imam di setiap kota, tersedia bagi para Inkusitor, dan selama misa mereka terus memperingatkan orang-orang untuk berjaga-jaga terhadap penyesat, mengancam mereka dengan hukuman berat jika menahan informasi, dan menjanjikan hadiah kekal bagi bantuan mereka.
- Mata-mata direktrut oleh Inkuisisi di setiap daerah untuk mengamati semua yang terjadi dalam komunitas, dan hadiah khusus diberikan jika mereka berhasil membongkar seorang “penyesat.” Jika ada orang yang dicurigai, mata-mata ditugaskan untuk memperhatikan setiap gerak-geriknya, untuk menemukan alasan untuk menyerahkan dia kepada Inkuisisi.
- Ketika seorang yang dicurigai sebagai “penyesat” ditangkap, segala upaya dilakukan melalui penyiksaan, untuk mendapatkan nama-nama yang lainnya. Dengan cara ini, “satu penangkapan yang beruntung dan pengakuan yang dipaksakan, dapat memberikan para penyelidik-pemburu ini petunjuk terhadap ratusan lainnya yang merasa diri aman, dan setiap korban baru akan menambahkan lingkaran orang-orang yang dia tuduh” (Henry Lea, The Inquisition of the Middle Ages).
- Para Inkuisitor menggunakan segala jenis bentuk penyiksaan yang mengerikan, dalam usaha untuk memaksa para korbannya untuk mengaku. Kaki dan tangan mereka ditarik di rak penarikan. Mereka digantung pada tangan mereka, dengan lengan mereka di punggung, yang membuat tulang-tulang mereka lepas dari persendian. Mereka dibuat hampir tenggelam dengan siksaan air. Mereka dipukuli dan disayat dan dibakar.
- Para Inkuisitor membangun penjara mereka sendiri yang mengerikan dan dapat menyiksa para “penyesat” sesuka mereka. Sel-sel itu kecil, gelap, dan menyedihkan. Tidak ada pemanas pada musim dingin dan para penghuni penjara hanya memiliki sedikit atau tidak ada pakaian, dan biasanya tidak ada selimut. Sering para penghuni penjara ini telanjang. Ketika sebuah penjara inkuisisi dipaksa buka di zaman Napoleon, semua narapidananya ditemukan telanjang dan kotor dan banyak yang gila. Para narapidana sering dirantai dekat ke lantai dan tidak dapat menghindari tikus-tikus dan binatang kotor lainnya yang menghuni tempat-tempat kotor seperti itu. Makanan seadanya dan kualitasnya sangat rendah. Biasanya tidak ada pertolongan medis. Tidak ada kunjungan oleh keluarga atau orang-orang yang dikasihi atau siapapun yang dapat menghibur atau memberi semangat. Dalam kebanyakan penjara seperti ini, pada tahanan diharuskan diam total. Buku-buku dan alat tulis biasanya tidak diizinkan.
- Mereka yang ditangkap oleh Inkuisisi tidak memiliki penasihat hukum atau jalur hukum lainnya, melainkan sepenuhnya berada dalam belas kasihan para Inkuisitor.
- Orang yang ditangkap bahkan tidak memiliki hak untuk berhadapan dengan penuduhnya atau bahkan mengetahui siapa yang menuduh dia.
- Siapapun, tidak peduli betapa tidak jujurnya, atau jahatnya, dapat melayangkan tuduhan terhadap seeorang warga dan membuat dia di penjara oleh Inkuisisi dan hartanya disita.
- Jika seseorang mencoba untuk membantu seseorang yang sudah berada di tangan para Inkuisitor, maka dia juga menjadi objek penganiayaan. Orang seperti itu dikucilkan dan dapat dituduh dengan penyesatan dan dimatikan.
- Siapapun, tidak peduli betapa berkuasanya, dapat dituduh sebagai penyesat oleh para Inkuisitor.
Para Inkuisitor dapat menyita properti semau mereka, dan banyak sekali orang yang dituduh sebagai penyesat secara palsu, hanya supaya para Inkuisitor dan kaki tangan sekuler mereka dapat dengan tamak menyita harta benda mereka. - Bahkan jika seorang “penyesat” mati sebelum ia ditangkap, para Inkuisitor dapat menghukum dia dan menyita uang dan propertinya, jadi merampoki anak-anak dan cucu-cucunya dari segala warisan, bahkan jika anak-anaknya adalah anggota Roma Katolik yang baik.
- Bahkan orang-orang Roma Katolik yang taat pun ditangkapi oleh Inkuisisi atas dasar kecurigaan adanya ide-ide yang bertentangan dengan doktrin Roma. Mereka yang menyatakan pendapat yang tidak dapat diterima, bahkan secara pribadi kepada teman-teman dan keluarga, berada dalam bahaya akan dihukum.
- Sensor adalah bagian besar dari Inkuisisi. Setiap buku harus disetujui oleh para sensor Katolik. Jika tertangkap dengan buku yang tidak disetujui, seseorang terancam akan jatuh ke tangan Inkuisisi.
- Salah satu dari banyak hukuman yang dipakai terhadap orang-orang Kristen yang percaya Alkitab di Abad-Abad Pertengahan, adalah menghukum mereka kerja paksa di kapal. Kapal-kapal perang ini dijalankan dengan dayung-dayung yang besar yang dimotori oleh budak-budak yang dirantai bersama dan diperlakuan dengan sangat tidak manusiawi. Ini adalah hukuman yang mengerikan dan sering sama artinya dengan hukuman mati.
- Inkuisisi Katolik tidak secara resmi berhenti hingga abad 19. Pada awal 1800an, Napoleon membubarkan Inkuisisi Katolik di beberapa tempat dan membebaskan orang-orang dari penjara. Ketika penjara Inkuisisi di Toldeo, Spanyol, dibuka oleh Jendral Perancis Lasalle, berikut ini ditemukan: Kuburan-kuburan seolah terbuka, dan tubuh-tubuh yang pucat seperti hantu keluar dari penjara bahwa tanah yang berbau kuburan. Janggut-janggut yang panjang hingga ke dada, kuku jari yang seperti cakar burung, menjadi cacat dari tulang belulang orang-orang ini, yang dengan susah payah menarik nafas, untuk pertama kalinya sejak banyak tahun, atas udara segar. Banyak di antara mereka menjadi orang lumpuh, dengan kepala tertunduk, lengan dan tangan terkulai, kaku, dan tak berdaya: mereka telah ditahan dalam ruang yang begitu rendah, mereka tidak bisa berdiri tegak. … walaupun melalui pengobatan oleh banyak dokter, banyak dari mereka meninggal pada hari yang sama. Sinar matahari membuat saraf optik mereka sakit” (H. Grattan Guinness, The Approaching End of the Age, 1878, hal. 205-207).
Recent Comments