Kristen Alkitabiah

Website Kristen: Artikel Kristen, Berita Kristen dan Belajar Alkitab

Belajar AlkitabSoteriologi

PERTOBATAN ( KONVERSI )

pertobatanPendahuluan

Pertobatan adalah tema utama pemberitaan injil dalam perjanjian baru. Yohanes pembaptis menyerukan pertobatan (Mat.3:2); Yesus menyerukan pertobatan (Mat.4:17); Murid-murid Yesus juga menyerukan pertobatan (Kisah.2:38); Dan rasul Paulus juga menjadikan pertobatan sebagai berita utama khotbah-khotbahnya (Kis. 20:21). Bukan hanya dalam perjanjian baru, dalam perjanjian lama, nabi-nabi Allah mengumandangkan berita pertobatan. Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa di mana, ke mana dan kapanpun kita menjadi pemberita firman, pesan pertobatan harus berada diurutan teratas daftar tema-tema khotbah, ceramah dan seminar. Mengapa? Karena pertobatan merupakan kebutuhan primer atau terpenting bagi umat manusia disegala tempat.

Pentingnya Pertobatan

Semua manusia telah melakukan dosa (Roma 3:23). Dan semua manusia berada di bawa penghukuman dosa, yakni maut (Rom.5:12; 6:23). Setiap manusia yang meninggal dalam keadaan sebagai orang berdosa pasti dihukum di neraka, sebab upah dosa adalah maut. Dosa adalah kekejian bagi Allah. Dosa adalah penghinaan terhadap kekudusan Allah. Itulah mengapa Allah sangat membenci dosa. Dosa sangat bertolak belakang dengan kodrat Allah (Yes. 6:3; I Yoh. 1:5). Dosa telah membuat Allah murka. Sekecil apapun dosa yang yang diperbuat, dosa itu membawa penghukuman maut (Yak. 2:10).

Dosa begitu luar biasa jahatnya sampai tidak ada obatnya. Orang berdosa tidak dapat memperbaiki keadaan mereka (Yer. 13:23). Kebaikan dan kesalehan tidak dapat mengubah kedudukan manusia sebagai orang berdosa dan takdir mereka sebagai calon penghuni neraka (Yes 64:6). Oleh sebab itulah semua orang harus bertobat (Kisah. 17:30). Hanya pertobatan yang dapat memulihkan keadaan yang mengerikan ini (Kisah 2:37-38). Tanpa pertobatan tidak ada pengampunan dosa (Kisah 3:19). Tanpa pertobatan sesorang tidak mungkin diselamatan (2Kor. 7:11). Pertobatan adalah syarat mutlak mendapatkan pengampunan dosa dan keselamatan (Kisah. 2:37-38).

Definisi Pertobatan

Pertobatan yang palsu:

  • Pertama “Tuhan saya sungguh menyesal tertangkap basah”.
  • Kedua, “Tuhan, saya sungguh menyesal telah berbuat dosa. Saya tentu berharap dapat berbuat lebih baik lain kali”.
  • Pertobatan juga bukan Decision. Mengambil keputusan eksternal mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Pertobatan (konversi) yang sejati:

  • Pertobatan yang sejati adalah “Tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang dengan pertolongan Roh Kudus berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa, dan berkehendak yang baru”.
  • Pertobatan adalah Conversion yang didahului dengan Conviction/kesadaran. Keputusan (decision) diambil karena ada kesadaran yang penuh akan dosa (conviction), bahwa dosa sekecil apa pun sudah cukup bagi Tuhan untuk mengirimnya ke neraka. Karena adanya kesadaran akan dosa ini (conviction), maka dengan pertolongan Roh Kudus, ia berbalik (conversion) dari dosa-dosa kepada Allah, kemudian mengambil keputusan (decision) menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pertobatan yang benar membawa orang pada keselamatan kekal.

Semua teolog yang alkitabiah terkemuka di dunia sependapat mengenai definisi pertobatan. Di antaranya, DR. Jhon MacArthur, mendefinisikan pertobatan sebagai, “berbalik dari cinta dosa kepada Kristus untuk diselamatkan, dengan mengakui dan meninggalkan dosa-dosa dan membenci dosa serta menentangnya”.

Dr. Warren Wiersbe, “pertobatan yang setati ialah mengakui bahwa apa yang dikatakan Allah itu benar, maka dari itu kita mengubah pikiran kita terhadap dosa-dosa dan terhadap Juruselamat.”

Unsur Pertobatan:

Pertobatan sejati melibatkan tiga aspek:

1. Aspek intelektual/knowledge, yaitu pengenalan akan kebenaran Allah (Roma 10:17, 13-15). Pengenalan kekudusan dan keagungan Allah (Yes. 6:5). Aspek ini mencakup pengakuan atas dosa dan kesalahan kita, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah.

2.  Aspek emosional/feeling,  yaitu timbulnya penyesalan dan dukacita yang dirasakan di dalam hati atas dosa itu sendiri, bukan hanya atas akibat dosa (2Kor. 7:10).

3. Aspek kehendak/will, yaitu adanya suatu tekat atau komitmen untuk berubah dalam tujuan dan motifasi kita.

Dr. Anthony Hoekema, dengan sistematis menguraikan unsur-unsur yang ada dalam pertobatan:

1. Perubahan pada pikiran, di mana dosa dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai perbuatan yang dibenci Allah;

2. Penyesalan yang sungguh-sungguh atas dosa, bukan sekedar kesedihan karena akibat dosa yang pahit;

3. Pengakuan yang rendah hati akan dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya;

4. Membenci dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya;

5. Kembali kepada Allah yang adalah Bapa yang penuh rahmat di dalam Yesus Kristus, dalam iman bahwa Yesus dapat dan akan mengampuni dosa kita;

6. Sukacita yang penuh di dalam Allah melalui Kristus; kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaan di dalam melayani Allah.

Pertobatan & Iman

Pertobatan dan Iman begitu saling terkait sehingga hanpir sama artinya. Pertobatan dan Iman adalah dua sisi dari koin yang sama (Kisah 20:21). Keduanya berjalan seiring. Jika pertobatan khusus berbicara tentang sikap hati berbalik dari dosa dan diri sendiri, percaya menekankan kepada siapa hati kita terarah (Roma 10:9). Kita tidak bisa bertobat tanpa percaya kepada Yesus Kristus, atau percaya tanpa bertobat dari dosa-dosa kita. Hal ini tidak membawa kepada keselamatan.

Pertobatan tanpa iman akan membawa kepada kesedihan dan ketetapan hati yang legalistis semata (Contoh: Kain, Saul dan Yudas). Iman tanpa pertobatan adalah optimisme yang tidak berdasar, sama saja dengan menipu diri sendiri. Sebagaimana yang dikatakan oleh teolog ternama J.I Packer, “Sekedar percaya tanpa mempercayakan diri dan rasa bersalah tanpa berbalik, adalah tidak menyelamatkan”.

Jhon Muray dengan sangat baik mengatakan, “Iman yang memimpin kepada keselamatan adalah iman yang menyesali dan meninggalkan dosa-dosanya, dan pertobatan yang membawa kepada kehidupan adalah pertobatan yang mempercayai Allah di dalam Kristus Yesus untuk keselamatan dari dosa. Iman yang diarahkan kepada Allah, mengharuskan kita membenci dosa. Mustahil memisahkan iman dan pertobatan. Iman yang menyelamatkan dirembesi oleh pertobatan dan pertobatan dirembesi oleh iman”.

Etimologi (Studi kata)

Kata Ibrani yang dipakai untuk pertobatan di dalam PL adalah nicham dan shūbh.

  • Nicham berarti sangat menyesal, atau berpaling dari perbuatan yang salah.
  • Kata shūbh berarti berbalik atau berpaling, pergi ke arah yang berlawanan. Kata ini menyatakan bahwa pertobatan berarti perubahan dalam arah, dari jalan yang salah ke jalan yang benar.

Dalam PB ada dua kata Yunani yang digunakan untuk pertobatan, yakni metanoia dan epistrephō.

  • Kata metanoia diterjemahkan dari kata nicham, yang menekankan perubahan dalam batin yang tercakup dalam pertobatan,
  • kata epistrephō adalah terjemahan dari kata shūbh yang menekankan perubahan pada kehidupan lahiriah seseorang yang merupakan penerapan dan pengungkapan dari perubahan batin yang terjadi.

Metanoia memiliki makna yang jauh lebih kaya daripada kata yang lain. Kata benda ini merupakan gabungan dari kata meta dan nous.

  • Meta berti dengan, setelah, atau melampaui.
  • Nous berarti pikiran, sikap, cara pikir, sikap dasar, karakter, atau kesadaran moral.
  • Artinya, metanoia (pertobatan) mencakup suatu perubahan dari satu pribadi secara utuh, dan di dalam penampilan kehidupannya. Ketika seseorang mengubah hati dan pikirannya, maka dengan otomatis karakter, prilaku, sikap dan perbuatan akan mengikuti. Urutan ini tidak mungkin dibalik.

Kapan seseorang bertobat?

Pertobatan sejati merupakan pengalaman yang bersifat satu kesatuan, tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian-bagian. Bukan pula bersifat proses atau bertahap, melainkan terjadi seketika, saat itu juga dan satu kali saja pada waktu mendengarkan injil (Roma 10:17; 1Kor 15:2). Penundaan merupakan bentuk penolakan terhadap injil, bukan merupakan proses (Ibr.3:13, 15).

Hasil Pertobatan

  • Pertobatan sejati menyucikan kita dari segala dosa (Kisah 2:37; 3:19)
  • Pertobatan sejati membawa pada keselamatan kekal (2 Korintus 7:10)
  • Pertobatan sejati melahirkan perubahan hidup (Lukas 19; 1 Kor. 15:16; 2 Kor. 5:17)
  • Pertobatan sejati memungkinkan kita menghasilkan buah Roh (Matius 3:11)

Penghalang Pertobatan

Mengapa sulit bagi sebagian besar orang untuk bertobat? Mengapa setiap kali injil diberitakan, ada orang-orang yang bertobat dan ada juga orang-orang yang tidak bertobat? Alkitab telah mengatakan kepada kita melalui perumpamaan tentang penabur benih (Luk.8:5-15). Setiap kali benih ditaburkan, yaitu injil keselamatan, benih itu jatuh di empat jenis tanah. Dan, empat jenis tanah itu menggambarkan empat jenis respon hati yang berbeda-beda yang ditunjukan oleh setiap orang yang mendengarkan Injil.

  • Tanah di pinggir jalan. Menggambarkan mereka yang duduk dalam kebaktian, namun tidak mendengarkan kebenaran Injil. Atau mungkin mereka mendengar tapi tidak mau menerima firman. Yang menghalangi kebenaran masuk ke dalam hati mereka adalah kesombongan dan ketidakpercayaan mereka sendiri.
  • Tanah berbatu-batu. Mendeskripsikan mereka yang mendengar, menerima kebenaran namun tidak sungguh-sungguh menyimpan di dalam hati mereka. Mereka mengedepankan perasaan mereka ketimbang akal budi dan kebenaran yang mereka ketahui.
  • Tanah bersemak duri. Mereka ini sudah mendengar kebenaran, menerima kebenaran, tetapi mereka tidak mau membayar harga untuk kebenaran. Mereka tidak mau menyingkirkan semua semak duri atau penghalang-penghalang pertumbuhan iman, yakni kekhawatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup.
  • Tanah yang baik. Jenis tanah ini mewakili mereka yang rendah hati dengan membuka hati lebar-lebar mendengarkan kebenaran, mereka menerimanya, dan melakukannya. Mereka ini adalah orang-orang yang berani membayar harga berapa pun untuk kebenaran.

Dua Jenis Pertobatan

  • Pertobatan Sejati

Pertobatan yang kita definisikan di atas, hanya dapat terjadi satu kali saja di dalam kehidupan seseorang.  Alkitab memberikan beberapa contoh: Zakheus (Luk. 19:8-9), tiga ribu orang pada hari Pentakosta (Kisah. 2:41), Saulus (Kisah. 9:1-19), Kornelius (Kisah. 10:44-48), Lidia (Kisah. 16:14), Kepala penjara di Filipi (Kisah. 16:29-34). Pertobatan sejati untuk keselamatan jiwa terjadi sekali dan tidak di ulang-ulang. Sekali seseorang bertobat, semua dosa yang pernah dibuatnya maupun yang akan dibuatnya (apabila ia jatuh ke dalam dosa) telah diampuni (1 Yoh. 2:2). Pertobatan sejati ini bukan hanya menyelamatkan hidupnya dan membebaskan ia dari semua dosa-dosanya, tapi juga menjadikan ia sebagai anak Allah (Yoh. 1:12), orang kudus (Ibr.10:10), dan warga kerajaan Allah (Fil.3:20).

  • Pertobatan Kedua

Dalam Alkitab kita menemukan ada jenis pertobatan dalam kehidupan orang percaya. Pertobatan jenis kedua ini sangat berbeda dengan pertobatan sejati yang pertama dan sekali dalam hidup. Pertobatan kedua adalah tindakan orang percaya untuk kembali kepada Allah di mana orang tersebut sempat menjauh dari Tuhan. Sebagai contoh: Daud dapat dipastikan adalah orang yang telah mengalami pertobatan sejati. Ia adalah anak Tuhan yang berkenan di hati Tuhan (1 Sam 13:14), tetapi Daud sempat jatuh ke dalam dosa yang sangat berat. Alkitab mencatat dalam Mazmur 51: 9, 11, 12, Daud menyesali dosa-dosanya dan bertobat. Rasul Petrus juga mengalami pertobatan kedua setelah Ia menyangkal Yesus tiga kali (Mat. 26:75). Dalam Kitab Wahyu, Allah memintah jemaat-jemaat Efesus yang notabene telah bertobat diselamatkan agar bertobat dari dosa kehilangan kasih yang mula-mula (Why. 2:5).

Pertanyaan-Pertanyaan Untuk Direnungkan

  1. Sudahkah Anda mengalami pertobatan sejati? Kapan peristiwa itu terjadi?
  2. Pernahkah Anda mengalami pertobatan kedua? Mengapa hal itu terjadi?
  3. Siapakah dari teman, saudara, keluarga Anda yang belum mengalami pertobatan?
  4. Sudah pernahkah Anda menceritakan pengalaman pertobatan Anda kepada mereka?

 By Alki F. Tombuku

 Catatan:

Jhon MacArthur, “Hamartologi.” (Gandum Mas)

Warren W. Wiersbie, “Eksposisi Ibrani.” (Kalam Hidup)

Erwin Lutzer, “Bersama Allah Dalam Kehidupan Kekal.” (Interaksara)

Tonny Evans, “Bebas Dari belenggu Dosa.” (Gospel Press)

Jonathan Edwards, “Ketetapan Hati & Nasihat Bagi Petobat Baru.” (Momentum)

Billy Graham, “Damai Dengan Allah.” (Interaksara)

John Stott, “Basic Christianity.” (YKBK)

Paul Little, “Bagaimana Membagikan Iman.” (Interaksara)

Stephen Tong, “Dari Iman Kepada Iman.” (Momentum)

Alki Tombuku

Gembala Sidang di GBIA Komunitas Depok, dosen, dan mengajar etika Kristen, penginjilan dan homiletika di Graphe International Teological Seminary.

Leave a Reply