Dalam filosofi Yunani, Plato dan Aristoteles mewakili pandangan kuno yang memandang wanita sebagai makhluk yang tidak setara dengan laki-laki, yang tidak dianggap lebih baik dari benda atau harta yang dapat dipakai oleh laki-laki.
Dan bukan hanya kebudayaan Yunani, tetapi banyak kebudayaan yang menganggap derajatnya lebih rendah dari laki-laki. Namun itu semua merupakan kebudayaan yang tidak takut akan Allah dan tidak mengenal Hukum-Nya. Hal demikian adalah hal yang paling bertentangan dengan pengajaran Alkitab.
Alkitab tidak pernah menganggap wanita sebagai kaum yang lebih rendah, sebaliknya, Alkitablah yang paling dahulu menempatkan posisi wanita pada derajatnya yang sebenarnya, yang tertinggi, yaitu sama dengan laki-laki, yang adalah gambar dan rupa Allah.
Jikalau banyak kebudayaan yang merendahkan perempuan, Allah justru mengasihi perempuan. Allahlah yang pertama kali menumbuhkan cinta dalam Adam ketika Ia membawa Hawa kepada suaminya. Allah memperhatikan kesejahteraan wanita dengan memerintahkan suami untuk mengasihi isterinya, bahkan seperti dirinya sendiri (Ef. 5:33).
Sang suami harus mengasihi, bahkan menempatkan kebahagiaan dan kesejahteraan isterinya di atas dirinya sendiri, sama seperti Tuhan Yesus bagi jemaat-Nya (Ef. 5:25). Bagi yang belum menikah, Allah perintahkan orang tua untuk memperhatikan anaknya (Ef. 6:4, Kol. 3:21). Dan bagi janda-janda, Alkitab memerintahkan kita untuk memperhatikan janda-janda, bahkan Ia sendiri yang menjadi Pelindung mereka (Mz. 68:6).
Sungguh, Allah telah menciptakan suatu makhluk yang indah untuk dikasihi, dan telah memberikannya tempat yang spesial dalam hati Allah dan manusia. Wanita yang bijak sadar atas hal ini dan mengucap syukur. Selain diciptakan untuk dikasihi, Allah juga menciptakan perempuan dengan suatu maksud (baca: fungsi/tujuan).
Alkitab mencatat bahwa perempuan diciptakan untuk menjadi penolong bagi suaminya (Kej. 2:18). Ini adalah tujuan Allah menciptakan perempuan. Sama seperti Allah menciptakan Adam sesuai gambar dan rupa Allah untuk kemuliaan-Nya, demikian pula Hawa diciptakan-Nya sebagai penolong Adam demi kemuliaan Allah. Itulah sebabnya Allah menetapkan Adam sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga, dan Hawa berfungsi sebagai penolong yang tunduk kepada Adam (Ef. 5:22-31). Ini bukan pernyataan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki. Tetapi mengenai kepemimpinan, suatu kapal tidak mungkin memiliki dua kapten.
Allah ingin wanita tunduk pada otoritas, karena sama seperti laki-laki yang tunduk kepada Allah memuliakan Dia, demikian juga isteri yang tunduk pada suami memuliakan Allah. Itulah sebabnya wanita tidak diberikan pelayanan yang bersifat memimpin laki-laki dalam jemaat. Tetapi itu bukan berarti wanita tidak memiliki peran yang penting dalam jemaat. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat wanita lakukan sebagai pelayanannya.
Peran Wanita dalam Rumah Tangga Kristen
Sebagaimana telah dibahas di atas, Allah menciptakan wanita untuk menjadi penolong bagi suaminya, jadi pelayanan utama seorang wanita adalah di dalam keluarganya (Tit. 2:3-5).
Ini sangat penting, karena suatu gereja yang sehat harus terdiri dari keluarga-keluarga yang sehat juga. Seorang laki-laki tidak dapat melayani jemaat dengan maksimal jika keluarganya berantakan dan ia tidak bahagia dalam kehidupan rumah tangganya, bahkan ia mungkin tidak dapat memikirkan hal rohani lagi.
Seorang isteri yang melayani suami dan anak-anaknya dengan baik, melayani jemaat. Seorang isteri mempunyai pengaruh yang besar terhadap rumah tangga, karena sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam rumah. Sikap seorang isteri sangat mempengaruhi suasana rumah dan dapat menjadi faktor penentu suami dan anak-anak betah di rumah. Kepandaiannya mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga dapat mengubahnya menjadi istana, atau penjara. Terlebih lagi dalam membesarkan anak-anak, seorang ibu berperan sangat besar dalam pendidikannya. Benarlah bahwa karier seorang ibu adalah anak-anaknya. Apakah anak-anaknya akan diselamatkan dan kelak dipakai oleh Tuhan, sang ibu dapat menentukannya sejak masa kanak-kanaknya.
Walaupun bukan tujuan tulisan ini untuk membahas secara mendetil peran wanita dalam rumah tangga, namun penting untuk menyinggungnya karena rumah tangga yang sehat merupakan balok dasar jemaat yang sehat. Inilah pelayanan utama seorang wanita dalam jemaat. Jika seorang perempuan memiliki 10 macam pelayanan di gereja, namun gagal membentuk rumah tangga yang baik, ia telah gagal.
Peran Wanita dalam Sekolah Minggu
Bukanlah rahasia lagi bahwa wanita (pada umumnya) lebih cocok bekerja dengan anak-anak daripada laki-laki. Oleh sebab itu, sekolah minggu anak-anak merupakan ladang pelayanan yang terbuka lebar bagi wanita dalam jemaat.
Bagi yang beranggapan bahwa pelayanan sekolah minggu adalah pelayanan ‘kecil’, ingatlah bahwa dalam 10-15 tahun, anak-anak sekolah minggu itu akan menjadi pemuda dan remaja. Anak-anak dapat dibimbing untuk mengasihi Tuhan sejak muda dan diarahkan untuk melayani dalam jemaat. Jangan meremehkan penting-nya pelayanan sekolah minggu!
Tujuan utama dari sekolah minggu adalah untuk menyelamatkan anak-anak sejak mereka dapat mengerti Injil dan memperkenalkan mereka pada kebenaran Firman Tuhan melalui cerita-cerita Alkitab. Sebagai guru sekolah minggu, Anda harus belajar Alkitab lalu mengajarkannya kepada anak-anak. Ini hampir sama dengan berkhotbah, hanya saja kepada anak-anak.
Mintalah Gembala untuk membimbing Anda agar menjadi guru sekolah minggu yang lebih baik. Anda dapat juga membaca buku, seperti Guru Sekolah Minggu Super, yang ditulis oleh Dr. Suhento Liauw.
Peran Wanita dalam Persekutuan Wanita
Siapa bilang wanita tidak mampu menjadi pemimpin? Banyak perempuan yang hebat yang menjadi manajer atau direktur, bahkan menjadi Presiden. Tetapi mereka adalah pemimpin yang hebat bukan karena mereka lepas dari kekangan kebudayaan patriakh, melainkan karena Allah telah menciptakan wanita dengan kemampuan tersebut.
Alkitab memberitahukan peran wanita sebagai pemimpin di dalam Titus 2:3-5. Perempuan yang lebih senior harus memimpin yang lebih muda dan mendidik mereka dalam segala hal yang baik. Perempuan, terutama yang lebih senior, bijak, dan rohani, diberi tugas untuk memimpin perempuan-perempuan lain.
Ada banyak sekali pelayanan yang dapat dilakukan oleh kaum wanita. Ada pelayanan yang bersifat di belakang layar, seperti pelayanan doa, nursery untuk anak yang belum dapat mendengarkan khotbah, pembesukan, pengumpulan dana, dll.
Ada pula pelayanan yang tampil di muka umum, seperti sekolah minggu, paduan suara, bermain musik, dan seribu satu macam pelayanan lainnya yang tidak bersifat memimpin laki-laki dewasa.
Wanita tampaknya cocok juga untuk melayani dalam bidang musik, karena musik adalah bidang yang menggunakan emosi yang halus. Sayang sekali budaya bermain musik di Indonesia belum berkembang seperti di Eropa dan Amerika, padahal pelayanan di bidang musik sangat penting bagi gereja. Namun banyak gereja yang justru salah menerapkan karunia perempuan dengan menyuruh mereka memimpin nyanyi dalam pertemuan jemaat umum. Itu tidak memuliakan Tuhan, karena menyalahi perintah Tuhan dan tidak tunduk terhadap pemimpin jemaat yang Tuhan tetapkan, yaitu laki-laki.
Tetapi bila seorang perempuan memimpin nyanyi dalam persekutuan wanita, atau terhadap anak-anak yang belum dewasa, itu justru memuliakan Allah dengan karunia yang Tuhan berikan. Manfaat pertemuan khusus wanita juga besar manfaatnya, sebab dapat digunakan sebagai kesempatan untuk bertukar keterampilan, untuk memberikan teladan bagi perempuan-perempuan muda, dan untuk mempererat persaudaraan (bukan untuk bertukar gosip, lihat Titus 2:3!).
Kesimpulannya, wanita memiliki peran khusus dalam jemaat dan tidak perlu berebut kepemimpinan dengan laki-laki. Tuhan telah mengatur bahwa dalam satu tubuh masing-masing anggotanya memiliki fungsi yang berbeda-beda (I Kor. 12:18). Dan seperti kata pepatah, “di belakang setiap laki-laki yang berhasil, ada seorang wanita hebat.”
Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam jemaat, layanilah Tuhan sebagai-mana yang Ia kehendaki! Maranatha!
Sumber: Buleting Pedang Roh Edisi 68
Recent Comments