Kepala pendeta Angkatan Laut AS, menuai kontroversi usai menyerukan memperbolehkan pernikahan sejenis di kalangan tentara Angkatan Laut AS. Menurut Tidd, perkawinan sesama jenis bisa saja dilegalkan oleh catatan sipil.
Dirilis Reuters Kamis (12/5), Tidd mengirimkan memo kepada Sekretaris Angkatan Laut AS Ray Mabus yang isinya mempertanyakan apakah perkawinan sejenis di kalangan militer AS akan melanggar undang-undang federal 1996, yang mendefinisikan “pernikahan” sebagai kesatuan hukum antara seorang pria dan seorang wanita. “Apakah pernikahan sesama jenis melanggar Doma, yang masih menjadi aturan bagi militer kita, termasuk pendeta,” demikian tertulis dalam surat tersebut.
Penyataan itupun lantas membuat pengacara militer Amerika Serikat segera mengkaji apakah diperbolehkan, mengingat selama ini ada larangan pengakuan gay secara terbuka di lingkungan angkatan bersenjata AS.
Juru Bicara Pentagon, Kolonel David Lapan mengatakan memo yang dikirimkan oleh Laksamana Tidd ini telah mendorong diskusi antara Departemen Pertahanan dan pengacara Angkatan Laut AS yang menyebabkan larangan kawin sesama jenis ini ditinjau ulang. “Memo tersebut mengangkat pertanyaan tentang implikasi kebijakan dan hukum yang memerlukan penelaahan lebih lanjut,” kata Lapan.
Tidak jelas apakah peninjauan aturan ini akan mempengaruhi Angkatan Darat dan angkatan-angkatan lainnya di lingkungan militer AS. Namun tentu saja apapun hasilnya nanti akan berdampak terhadap citra keyakinan itu sendiri mengenai kebenaran dalam tafsir yang berbeda-beda di tiap pemimpin agamanya.
Semakin hari orang akan menganggap yang baik bagi manusia itu benar di hadapan Allah, menjunjung tinggi HAM dengan mengabaikan perintah Tuhan, menyukai berbagai hal yang kelihatan rohani meskipun bertentangan dengan Firman Tuhan, dan menyukai materi dibandingkan kebenaran Firman Tuhan.
Sadarlah ! Ini adalah sebuah petunjuk bahwa waktu kedatangan Tuhan semakin dekat sekali. Berjaga – jagalah, teguhkan lah iman, tekunlah mempelajari kebenaran Firman Tuhan dan jangan pernah murtad.
Sumber : Reuters / Jawaban
Recent Comments