Mengubah Sampah Menjadi Pupuk

abraham-lincoln
abraham-lincoln

Sebagai seorang pengacara muda, Abraham Lincoln sering berkonsultasi dengan para pengacara lain tentang kasus yang sedang dipegangnya.

Suatu hari, Lincoln sedang duduk di ruang tunggu pengadilan untuk menemui seorang pengacara senior. Dinanti & dinanti, akhirnya orang yang ia hendak temui datang juga. Namun, baru melihat sebentar saja dirinya, tiba² sang pengacara senior ini berteriak:

“Apa yg dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”

Mendengar hal itu, sang pengacara muda ini berlaku seperti orang yang tidak mendengarkan. Walau malu, ia tetap memperlihatkan wajah yang tenang. Ia pun langsung segera masuk ke ruang persidangan dimana sang pengacara senior ini akan melakukan tugasnya.

Singkat kisah, pengacara senior yang menghina Lincoln ternyata bisa membela kliennya dengan sangat brilian. Cara ia menangani kasus sungguh membuat Lincoln terpukau.

“Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat & sangat lengkap. Begitu tertata serta benar² dipersiapkan! Aku akan pulang & lebih giat belajar hukum lagi,” ucap Lincoln dlm hati.

Waktu berlalu. Lincoln akhirnya terpilih menjadi presiden USA pada Maret 1861. Di antara kritikus² utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara senior yang pernah menghina & melukai hatinya sangat dalam.

Akan tetapi, Lincoln bukannya membalaskan dendam kepada Stanton melainkan justru mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Abe (panggilan masa kecil Abraham Lincoln) tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang sangat dibutuhkan negaranya.

Keduanya saling bahu membahu dalam pemerintahan selama perang sipil. Hubungan keduanya begitu dekat & mereka saling berbagi satu dengan yg lain. 

Ketika Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia merupakan mutiara milik peradaban. Disini terbaring penguasa terbesar manusia di dunia yang pernah ada.”

Hanya seseorg yg berkarakter baik & mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit & berhasil di atas penghinaan! Maka, jagalah suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilih untuk tetap berbuat baik & belajarlah memaafkan.

Jadikan “sampah” sbg “pupuk” atau sbg “bahan bakar” untuk maju, baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita.

1 Korintus 1:27
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat

Keanggunan Lincoln mengingatkan kita pada Tuhan Yesus Kristus. Setelah Yesus diejek, dipukuli & dipaku pada kayu salib Romawi, Dia mengangkat mataNya ke langit & berdoa:
“Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tdk tahu apa yg mereka lakukan.”

Kita sebagai orang beriman menolak kesempatan untuk membalas menunjukkan suatu teladan dari Tuhan Yesus. Dunia sangat membutuhkan orang² yang bersikap & bertindak seperti ini. Pertanyaan pagi ini: Apakah orang lain melihat sikap itu di dalam diri kita?

Sumber: Renungan Embun Pagi. Edisi 1105, Kamis, 30 Jan 2020

Read Previous

Shubal Stearns, “Bapa Tua” dari Kaum Separates

Read Next

Menabur Kebaikan Dengan Konsisten